Bayi Raksasa (8,7 Kg) Lahir di Indonesia


Seorang ibu di Medan melahirkan bayi laki-laki seberat 8,7 kg, Rabu (23/9). Bayi yang masih belum bernama ini memiliki panjang 62 cm dan lahir dengan cara cesar Rumah Sakit umum di Sumatera Utara.

“Bayi yang berat ini membuat operasi berlangsung agak berat, terutama saat proses mengambilnya keluar dari rahim sang ibu. Kakinya besar sekali,” ujar Dr. Binsar Sitanggang Sp.OG

Bayi lelaki ini lahir dalam keadaan sehat meski harus diberi selang oksigen karena mengalami gangguan pernapasan. “Makannya cukup banyak, hampir tidak pernah berhenti minum ASI setiap menit,” ujar Binsar.

“Bayi ini sungguh luar biasa, caranya dia menangis tidak seperti bayi pada umumnya. Sangat keras.”

Menurut Binsar, berat badan yang luar biasa besarnya (giant baby) ini merupakan akibat penyakit diabetes yang diderita ibunya Ani (41). Ani sebelumnya sempat dibawa ke bidan saat hendak melahirkan. Namun karena ada komplikasi, anak keempat Ani ini akhirnya harus lahir di rumah sakit dengan bantuan dokter.

Menurut American College of Obstetricians and Gynaecologists, saat seorang ibu hamil mengalami kenaikan kadar gula secara tidak normal, bayi yang lahir pun akan menerima terlalu banyak glukosa dan tumbuh menjadi besar (raksasa).

Sebelumnya pernah ada bayi dengan berat 6,9 kg yang lahir di tahun 2007 di Indonesia, tepatnya di Jakarta dan sempat masuk museum rekor Indonesia.

Sumber: Kompas

2 komentar:

Anonymous said...

Beratnya sama dgn keponakanku umur 6 bulan..Aq ampe sakit pinggang ngegendong. Gimana ibunya saat ngandung ya?

Laptop Murah Berkualitas

drmandangmichael@gmail.com said...

“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.
Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.”

Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Teman: “Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.
Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.”
Maka pergilah Elifas, orang Teman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan Ayub.

Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.
Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas.
TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.
Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan;
dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.
Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki.
Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat.
Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur.

'tuk Indonesia