Dialog Absurd Warga Djakarta (4)


Memangnya lo pikir gw ada dimana?
Rekan X: "Y, Pak Z ada di Sunter gak?"
Rekan Y di Sunter: "Nggak ada man! Dia ada di sini!"

Sunter, didengar oleh rekan lain yang langsung mengecek lokasi dirinya sendiri lewat GPS.


Masih trial version sih kayaknya . . .
Perbincangan dengan klien mengenai implementasi sistem baru.
Klien: "Apakah pihak top manajemen sudah ter-upgrade dengan informasi ini?"
Karyawan: "Ter-update maksudnya, bu?"
Klien: "Ya, update maksud saya."

Didengar oleh karyawan yang jadi berpikir apakah si klien juga bisa di install ulang.



Karena saya adalah karyawan yang penuh inisiatif . . .

Bos majalah: "Bagaimana distribusi majalah? Sudah selesai apa ada kendala?"
Karyawan baru: "Sudah pak! Semua sudah di cancel sesuai jadwal!"
Bos majalah: "Hah?! Kok di cancel?! Kenapa bisa di cancel?!"
Karyawan lama: "Maaf pak, mungkin maksudnya di handle pak. Semua sudah selesai kok pak."

Pulogadung, didengar karyawan-karyawan lain yang panik melihat bos-nya hampir kena serangan jantung.

Dialog Absurd Warga Djakarta (3)


Mama kok mukanya merah?
Anak SD: "Mamaaa!" (turun dari mobil antar-jemput dan berteriak dari luar pagar)
Tante X: "Eh, itu anak saya pulang.."
Anak SD: "Ma, tadi aku mencongak loo!" (masih di luar pagar)
Tante X: "Oyaa? Dapet berapa?" (sambil membuka pagar)
Anak SD: (dengan sangat lantang dan keras) Enoool!!" (tersenyum bangga)
Tante X: "Oh.." (celinguk kanan kiri)

Kelapa gading, didengar oleh tamu si ibu yang berpikir keras mencari alasan untuk pulang.


Emangnya eke cowok apaan?!
Pelayan: "Iced lemon tea?
Cowok melambai: "iyah, punya saya mas..."
Setelah meletakan minuman di meja, pelayan beranjak pergi beberapa langkah...
Cowok melambai: "Mas, 'isepan'nya mana?!" (teriak spontan)

Kafe di jakarta selatan, didengar oleh pengunjung lain yang ingin sekali memberikan tissue ke si pelayan.


Memang banyak sih yang nanya hal yang sama . . .
Petugas penerima phone order: "Malam, anda ingin pesan apa?"
Pemesan: "Eh, ini mbak atau mas?"

Ruang kerja tim yang sedang dikejar deadline, didengar oleh semua anggota tim yang memutuskan untuk pergi ke warteg sebelah.

Dialog Absurd Warga Djakarta (2)


Santai dulu lah, masih sempat kok . . .
Mahasiswa #1: "Jam berapa sekarang?"
Mahasiswa #2: "Jam 11.00"
Mahasiswa #1: (buru-buru) "Anjrit! Gue telat!!"
Mahasiswa #2: "Kuliah jam 11?"
Mahasiswa #1: "Enggak. Kuliah jam 9.00"

Kantin universitas, didengar oleh mahasiswa lain yang ingin men-tattoo jadwal kuliah di muka si mahasiswa #1.


Oh, kirain mau sekalian . . .

Cowok #1: "Eh, kita ke tempat yang ada hotspot-nya ya, cewe gue pengen cek mail nih."
Cowok #2 yang sedang menyetir: "Okay."
Beberapa saat kemudian, mobil berhenti di depan sebuah hotel
Cowok #2: "Disini aja ya, bagus tapi murah. Besok mau gue jemput gak?"

Didengar oleh si cowok #1 yang bingung antara mau marah atau mau berterima kasih.


Lurus tidak lurus, semua di tangan Tuhan . . .
Tukang parkir: "Yaak, terooos, terooos! Balas kanannn, kanannn . . . jangan dibalas, jangan dibalas, biar Tuhan yang membalas!!"

Parkiran melawai, didengar oleh supir yang langsung minta Tuhan membalas si tukang parkir.

Dialog Absurd Warga Djakarta (1)


Asli bajakan . . .
Pembeli CD: "Wah, suaranya udah bagus banget! Ori ya?"
Penjual CD: "Nggak mas, bajakan kok ini, tapi bajakan yang official."

ITC Mangga Dua, didengar oleh si pembeli lain yang senang karena cd bajakan sekarang sudah legal.


Ya udah! 10.000 dapet dua, tapi gak bisa kurang lagi!

Pembeli: "Pak, ikan cupang-nya satunya berapa?"
Penjual ikan: "Lima ribu dek."
Pembeli: "Wah, mahal banget tuh pak, kalo lima jadi Rp 25.000,- gimana?"
Penjual ikan: "Wah, belum dapet tuh dek . . . "

Didengar oleh teman yang ingin memasukan si penjual dan pembeli ke dalam toples berisi air.


Ternyata kamu tidak se-populer itu, nak . . .
Di sebuah taksi, seorang teman mengusulkan ganti haluan.
Anak kuliah #1: "Pak, kita ngga jadi ke Binus, jadinya ke rumah saya aja ya."
Anak kuliah #2: "Iya, rumah lo di manee? Kita aja ga tau rumah lo di mana, apalagi si Pak Supir!"

Didengar oleh anak kuliah dan si pak supir yang langsung mengarahkan taksi ke RSJ Grogol.

Reporter Muda Meliput Pembunuhan


Seorang reporter muda ditugaskan untuk meliput suatu peristiwa pembunuhan. Oleh perusahaan dia disewakan sebuah mobil lengkap dengan sopirnya. Setelah tiba di tempat kejadian, terlihat kerumunan orang. Sang reporter mewawancarai beberapa orang yang berada di tengah-tengah kerumunan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Selain itu, dia juga mewawancarai beberapa anggota keluarga dan beberapa tetangga, tapi masih merasa belum puas.

Lalu dia melihat seseorang yang bertampang ramah dan sepertinya tidak asing. Si reporter lalu berpikir, "Wah ... kelihatannya Bapak yang satu ini baik dan dia sering tersenyum padaku, pasti dia bersedia memberikan keterangan yang lebih akurat."

Si Reporter mendekati Bapak tersebut dan mulai mengajukan beberapa pertanyaan.

Reporter : "Apakah anda tetangga korban?"
Bapak : "Oh ... bukan."

Reporter : "Wah .. kalau begitu anda keluarganya!"
Bapak : "Bukan juga"

Reporter : "Kalau begitu apa hubungan anda dengan korban atau kejadian ini?"
Bapak : "Tidak ada"

Reporter : "Lalu mengapa anda ada di sini?"
Bapak : "Sebab aku adalah sopir yang membawamu kemari."

Bagaimana Cara Guru Memarahi Murid


Seorang guru memeroleh surat dari orang tua murid yang berbunyi:

"Anakku, Jono, adalah seorang anak yang sangat sensitif. Jika Anda ingin menghukum anak saya, pukul saja anak yang duduk di sebelahnya. Itu akan menakutinya."

Pelajaran Bahasa Inggris


Dalam sebuah pelajaran bahasa Inggris, seorang guru menguji kemampuan bahasa Inggris muridnya.

Guru: "Billy, buatlah kalimat bahasa Inggris yang diawali huruf 'I'"

Billy: "I is ..."

Guru: "Bukan Billy. Kalau 'I' itu ngga pakai 'is', tapi pakai 'am'. I am ... titik ... titik."

Billy: "Baik .... 'I am the ninth letter of the alphabet'."

Polisi Mengantar kakek Yang Tersesat


Nenek sedang duduk-duduk santai di teras rumah ketika ada mobil polisi berhenti di depan rumahnya. Dan nenek lebih terkejut lagi ketika melihat kakek keluar dari dalam mobil polisi...

Sambil menahan kegalauan hatinya nenek berkata, "Ada apa ini? Apa yang kakek lakukan?"

Pak polisi menjelaskan, "Oh tidak apa-apa Nek, tadi waktu di taman, kakek berkata bahwa dia tersesat dan tidak dapat menemukan jalan untuk kembali ke rumah ini. Dia hanya ingat alamatnya saja."

Nenek kaget lagi, "Lho kok bisa ...la wong setiap hari selama tiga puluh tahun ini kakek selalu ke sana, masak tiba-tiba dia lupa jalan pulang ke rumahnya?"

Lalu dengan spontan kakek menarik tangan nenek agar sedikit menjauh dari polisi itu, "Ssssttt .... Nenek ndak usah banyak tanya lagi. Tadi itu aku malas untuk jalan kaki pulang ke rumah, jadi ya polisinya tak kerjain."

Minta Tolong Kepada Anak


Seorang Ibu meminta tolong kepada anaknya untuk pergi ke warung.

Ibu : "Andi, tolongin mama donk, Nak!" Beliin gula di warung.

Andi: "Enggak ah Ma, males!"

Ibu : "Ayo donk Nak, mama butuh banget gulanya nih, buat bikin kue. Ntar mama kasih seratus buat jajan, mau nggak?"

Andi: "Nggak mau ah, Ma. Mama aja yang pergi beli gulanya, ntar Andi kasih lima ratus deh..."

Menyerahkan Diri Karena Melawan Pemerintah


Dulu, di Indonesia semua gerakan yang berbau perlawanan terhadap pemerintah pasti dituduh sebagai subversif. Suatu ketika, seorang pria setengah baya mendatangi kantor dinas sosial.

"Apakah di sini markas besar dari gerakan melawan kemiskinan?" tanyanya.

"Ya," sahut petugas jaga.

"Baiklah, saya datang untuk menyerah ..." ucap pria tersebut.

Yang Paling Berharga


Seorang ahli perbankan utusan IMF warga Amerika datang berkunjung ke Jakarta. Habibie yang menerimanya mengajak berkunjung ke sebuah bank milik pemerintah. Dengan bangga Habibie mengajak tamunya berkeliling meninjau keadaan kantor. Utusan IMF itu lantas tercengang-cengang melihat di sejumlah ruangan balok-balok emas bergeletakan begitu saja, tanpa penjagaan.

"Hal seperti ini tak mungkin terjadi di Amerika. Pantas cadangan kekayaan negeri Anda tipis," kata tamu dari Amerika kepada Habibie. "Di Amerika, emas merupakan cadangan negara yang disimpan dan dijaga ketat."

"Ya, itulah bedanya. Sebab Amerika adalah negara kapitalis", sahut Habibie tak mau kalah. "Di negeri Pancasila seperti kami, kapital adalah sumberdaya manusia dan tenaga kerja. Jadi manusialah yang kami jaga ketat!"

Tempat Tinggal Pemberontak


Dua orang lelaki di pinggiran Los Palos, Timtim, ditangkap ABRI dengan tuduhan terlibat kegiatan anti integrasi. Mereka dibawa ke Markas SGI di Dili dan menjalani proses pemeriksaan. Meski disiksa, keduanya menolak memberikan keterangan.

"Di mana tempat tinggalmu?," tanya, interogrator.

"Saya tinggal di sembarang tempat," jawab yang satu. "Kadang di ladang, di gunung, di hutan, di pantai, di rumah penduduk ...yaa... dimana saja."

Merasa buntu menghadapi perlawanan ala Timtim, sang interogrator beralih kepada lelaki satunya. "Kalau kau, tinggal dimana?"

"Ah, saya bertetangga dengan dia."

Dilarang Berbicara


Untuk mensukseskan program "ABRI Masuk Desa" sejumlah pasukan di sebuah desa terpencil di pinggiran Ainaro, Timtim, dikerahkan untuk mendirikan gedung sekolah. Setelah itu mereka diinstruksikan agar mengajak anak anak agar mau pergi bersekolah.

Rupanya Soares, 10, adalah salah satu anak yang dipaksa tentara bersekolah. Di sekolah ia diajari oleh guru tentara tentang sejarah Proklamasi RI, perjuangan kemerdekaan, pahlawan Cut Nyak Dien dan Teuku Umar, era kejayaan Majapahit dan Pemberontakan Komunis pada September 1965.

Setelah 1 minggu ikut pelajaran sekolah tentara, Soares ditanya ibunya. "Nak, apa pengalamanmu selama seminggu di bangku sekolah," tanya ibunya.

"Saya hanya buang-buang waktu saja. Saya tidak bisa membaca, saya tidak bisa menulis, dan saya tidak diperbolehkan bicara ..."

TV dan Menteri


Hanif, seorang mahasiswa dari Surabaya, suatu ketika masuk ke sebuah restoran di Madura. Di ruangan restoran pesawat TV sedang dinyalakan, dan ada sejumlah orang menonton. Pukul 19:00 siaran "Siaran Berita TVRI" muncul.

Di layar TV tampil Harmoko dan Wardiman. Kontan Hanif berteriak, "Wah, kambing congek!"

Mendengar itu, tiba-tiba di antara orang Madura yang menonton, berdiri dan mendatangi Hanif. Mereka menatapnya mata Hanif dan berkata, "Kalo sampeyan omong seperti itu sekali lagi, saya akan pukul sampeyan!"

Si Hanif diam. Siaran berita TV jalan terus. Kini di layar tampak sejumlah anggota DPR Fraksi Karya yang sedang marah-marah karena terima cincin perpisahan yang kadar karat emas kurang. Melihat itu si Hanif tidak tahan, lalu teriak lagi, "Wah, kambing congek!!!"

Orang yang mendatangi tadi sekarang berdiri dan bersiap menampar wajah Si Hanif. Melihat itu, Si Hanif mencoba membela diri dan berkata, "Wah, sorry, saya nggak sadar bahwa ini sampeyan sangat setia pada Golkar..."

Orang-orang Madura yang ada di restoran itu bersama si pemilik restoran serentak berkata, "Bukan itu soalnya, Dik. Soalnya sampeyan ini sangat menghina kambing. Tega-teganya sampeyan menyamakan kambing dengan mereka!!!"

Soeharto dan Boneka Susan


Beberapa tahun lalu, Ria Enes dan bonekanya Susan, diundang ke acara kenegaraan. Rupanya nama Ria Enes dan suara perutnya betul-betul menarik keingintahuan presiden. Tapi, rupanya itu bikin kapok Soeharto. Soalnya ketika Suzan ditanya, apa cita-citanya, jawabannya: "Ingin jadi Presiden."

Soeharto menggerutu, "Kurang ajar, subversif, sontoloyo. Boneka saja pingin menggantikan aku."

Bekerja di Rumah Bordil


Di sebuah sekolah SD di pinggiran sebelah umur kota Dili, Timor Timur, seorang guru dari Jawa menanyai murid-muridnya tentang profesi orang tuanya masmg-masing.

Seorang murid Kelas V bernama Caspar yang mengidolakan Xanana Gusmao sebagai pahlawan mendapat gilirannya. Ia pun menjawab, "Ayah saya jadi petugas rumah bordil."

Tentu saja si Guru terkejut mendengarnya. Siangnya ia segera mengirimkan sebuah surat untuk ayah Caspar. Guru merninta ayah Caspar datang menemuinya.

Esoknya muncul seorang anggota Babinsa lengkap dengan seragam hijaunya dorengnya. Lagi-lagi sang Guru terkejut dan tergagap.

"Saya sekarang benar-benar bingung. Bukankah Bapak yang bertugas di Kodim Dili? Kenapa di kelas anak Bapak mengatakan bahwa Bapak adalah petugas rumah bordil. Dari penjelasan anak Bapak, tadinya saya sendiri mengira Bapak bekerja di Aspal Goreng (lokalisasi di pinggiran Dili -red.)!"

"Ah, maafkan dia. Dia masih kecil. Dia selalu begitu. Dia malu bapaknya jadi tentara Indonesia."

Tak Bisa Membedakan


Seekor babi hutan dari pedalaman Timika di Irian Jaya lari ketakutan menyeberangi perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Ia merasa diburu-buru tentara Indonesia. Ia baru berhenti ketika ada seekor babi hutan Papua Nugini menyatakan bahwa ia sudah berada dalam wilayah Papua Nugini.

"Mengapa Anda berlari?,’ tanya babi Papua Nugini.

"Terus terang saya khawatir pada tentara Indonesia. Mereka mengebiri semua laki-laki di sana," ujar babi Indonesia.

"Tapi anda ‘kan bukan manusia. Anda ‘kan cuma seekor babi hutan?,’

"Justru itulah. Mereka mengebiri dulu baru bertanya kemudian," ujar babi Indonesia.

Tuhan pun Menangis


Pemimpin Filipina, Fidel Ramos, menghadap Tuhan, "Tuhan, aku telah memerintah Filipina lima tahun, berapa lama lagi baru rakyatku berbahagia?" "Tiga puluh tahun lagi," kata Tuhan.

Ramos menangis, dan berlalu.

Ganti pemimpin Kamboja yang baru mengkudeta Ranaridth, Hun Sen, menghadap Tuhan dan memohon, "Tuhan, aku baru memerintah Kamboja satu tahun, berapa lama lagi rakyatku baru bisa berbahagia?" "Lima puluh tahun lagi," ujar Tuhan.

Hun Sen menangis, dan berlalu.

Gantian Soeharto menghadap Tuhan, "Tuhan aku telah memerintah negeriku tiga puluh tahun lamanya. Berapa lama lagikah rakyatku bisa berbahagia dan hidup dalam sebuah masyarakat yang adil makmur?"

Tuhan pun menangis, dan berlalu.

Kisah Harmoko Sewaktu Muda


Waktu Harmoko muda dan cari pekerjaan ke Jakarta, ia mengikut tes untuk jadi wartawan "Merdeka". Ia dipanggil masuk kedalam, orang yang mengetestnya adalah Rosihan, temannya. Harmoko lega. Jam itu adalah jam tes kemampuan berhitung. Karena ini test psikologi, pertanyaannya agak aneh.

Pertanyaan pertama, "Apa yang terbuat dari karet, berbentuk seperti bakiak, dan dipakai di kaki kiri ketika orang di kamar mandi?,’

Harmoko bingung. Melihat itu Rosihan membisikinya, "Sebuah sandal jepit."

Pertanyaan ke dua, "Apa yang terbuat dari karet, berbentuk seperti bakiak, dan dipakai di kaki kiri serta di kaki kanan ketika orang di kamar mandi?"

Harmoko kembali bingung. Rosihan kembali membisikinya, "Sepasang sandal jepit."

Test kemampuan berhitung hari itu selesai. Besoknya Harmoko disuruh datang lagi. Ia masuk ke ruang ujian, tapi kali ini kecewa, karena yang menunggui test hari ini bukan Rosihan lagi, melainkan seseorang yang ia tidak kenal. Dengan agak dag-dig-dug, Harmoko duduk. Hari ini test pengetahuan umum.

Pertanyaan: Apa yang terletak di Mekah yang menjadi tanda arah bagi ummat Islam waktu bersembahyang?"

Kali ini Harmoko tersenyum. Ia sudah tahu jawabnya, "Tiga buah sandal jepit."

Logika Matematika Uang


Di salah satu sekolah dasar di Yogyakarta, seorang guru mengajarkan matematika, dengan menggunakan uang rupiah sebagai sarana penyampaiannya.

Bu Guru bertanya, "Perhatikan anak-anak, pada uang rupiah yang bergambar Pak Harto berapakah nilai rupiahnya?"

Murid-murid menjawab, "Lima puluh ribu, Bu Guru!"

Bu Guru bertanya lagi, "Sekarang perhatikan, pada uang rupiah yang bergambar monyet di hutan berapakah nilai rupiahnya?"

Murid-murid menjawab, "Lima ratus, Bu Guru!"

Untuk mentest kekuatan penalaran murid-muridnya, dengan penuh selidik, Bu Guru bertanya, "Jadi apa kesimpulan yang dapat kita tarik dari gambar dan nilai masing-masing uang rupiah tersebut anak-anak?"

Murid-murid secara serempak menjawab, "Lima puluh ribu dibagi lima ratus adalah seratus, Bu Guru. Jadi menurut mata uang kita, Pak Harto sama nilainya dengan seratus monyet di hutan, Bu Guru!"

Cara Menurunkan Harga Semen


Pada saat wawancara di TV, Tommy menyombongkan diri bahwa dia bisa menurunkan harga semen secara cepat.

Pewawancara dengan sigap bertanya, "Bagaimana caranya?"

Tommy dengan kalemnya menjawab, "Bentuk saja Badan Penyangga Perdagangan Semen, pasti harga semen akan turun. Seperti saat BPPC dibentuk, harga cengkeh langsung turun drastis."

Kehilangan Jip


Feisal masuk sendirian ke sebuah bar di Jalan Blora, lalu pesan satu gelas bir. Dia minum itu bir pelan-pelan, tapi sebelum habis dia keluar sebentar. Didapatkannya bahwa jip yang dibawanya tadi tidak ada lagi di tempat parkir. Ia masuk kembali ke bar dan mencabut pistolnya, lalu menembakkannya ke atas sambil berteriak, "SIAPA DI ANTARA BUSYET-BUSYET DI SINI YANG BERANI MENCURI JIP GUA?"

Tidak ada seorang pun dalam bar itu yang berani menjawab. Feisal menaruh pistolnya di meja, lalu teriak lagi, "OKE, DEH GUA PESAN SATU GELAS BIR LAGI, DAN KALAU NANTI GUA HABIS MINUM ITU JIP KAGAK KEMBALI LAGI DI TEMPATNYA, GUA BAKAL LAKUKEN APA YANG GUE PERNAH LAKUKEN DI MANGGA BESAR!"

Ia pesan segelas bir lagi, dia tenggak, lalu dia melangkah ke luar. Eh, itu jip memang betul sudah kembali ke tempatnya. Maka dia pun naik ke mobilnya tapi kemudian teringat bahwa dia belum bayar birnya.

Waktu Feisal mau membayar, si penjaga bar bertanya, "Emangnya apa nyang dulu Ente lakuken di Mangga Besar?"

Feisal: "Maksud lu waktu jip gua nggak kembali?". Si penjaga bar mengangguk.

Feisal: "Ya gua pulang, jalan kaki."

Petani Tolak Penghargaan Soeharto


Dalam kesempatan kunjungan dinas, Soeharto dijadwalkan menuju Pekanbaru, Riau untuk mengadakan temu wicara. Seperti biasa, ia dan rombongan menggunakan pesawat udara kepresidenan. Tapi malang tak dapat ditolak, pesawat tersebut mengalami kerusakan mesin dan terjatuh di suatu kawasan hutan di Sumatera Selatan.

Tapi keajaiban terjadi. Semua penumpang dan awak pesawat tewas, kecuali Soeharto yang hanya luka-luka cukup berat. Keberuntungan agaknya memang selalu lekat dengan kehidupan Soeharto, seperti ketika dahulu ia diselamatkan Jenderal Gatot Soebroto dan Jenderal Ahmad Yani dari kemungkinan di Mahmilubkan oleh Ketua PARAN Jenderal Nasution karena ketahuan menyelundupkan gula dan candu dengan bekerja sama dengan Liem Sioe Liong dan Bob Hasan untuk membangun bisnis sepeda semasa menjabat Pangdam Diponegoro tahun 1960-an.

Seorang petani dan peladang yang saat itu sedang mencari kayu di hutan menemukan Soeharto yang sekarat. Petani yang bernama Dalimin itu lalu segera membawa dan menyelamatkan Soeharto yang sedang merintih kesakitan itu ke pondokannya di pinggir hutan. Petani tersebut tidak mengetahui siapa orang berambut putih agak gemuk yang ditolongnya.

Setiba di pondokan - bersama sang isteri - segera ia dengan segala keterbatasan obat-obatan yang ada mencoba merawat Soeharto. Ia meminta sang isteri untuk merawat korban sementara dirinya akan mencoba ke desa terdekat untuk mencari dokter Puskesmas.

Alkisah tibalah si petani di desa terdekat dan menemui dokter Puskesmas yang ada. Alangkah kagetnya si dokter muda tersebut, karena belum lama melalui RRI, ia mendengar pengumuman resmi Mensesneg Moerdiono tentang jatuhnya dan hilangnya pesawat kepresidenan di kawasan hutan Sumatera Selatan. Berita ditemukannya korban hilangnya pesawat yang kini sedang di rawat di rumah si petani segera menggegerkan seisi desa, dan tidak berapa lama berita itu sudah terdengar hingga ke kecamatan, lalu ke Gubernur yang kemudian meneruskan kabar tersebut via telex ke Jakarta.

Segeralah disiapkan evakuasi besar-besaran dengan melibatkan tenaga paramedis terbaik dan pasukan elit dari ibukota. Singkat cerita, Soeharto berhasil diselamatkan nyawanya. Dan sebagai tanda terimakasih yang tulus, Soeharto pribadi dan keluarga besar menyatakan rasa haru yang mendalam atas sikap kemanusiaan yang ditunjukkan si petani Dalimin dan isterinya, meskipun keluarga petani tersebut tidak mengetahui siapa sesungguhnya yang mereka tolong.

Pemerintahpun, melalui Mensesneg Moerdiono menyatakan rasa hormat dan terimakasih yang besar kepada si petani itu dan secara resmi pemerintah akan memberikan bantuan material, serta mengundang keluarga petani Dalimin ke Jakarta, tepatnya ke Istana Negara untuk suatu jamuan syukuran yang akan mengundang para pembesar pemerintah dan korps diplomatik.

"Pak Dalimin dan isteri menyelamatkan Soeharto. Mereka berjasa untuk Negara dan sebagai rasa terimakasih pemerintah dan rakyat Indonesia, secara resmi pemerintah mengundang keluarga Dalimin untuk menghadiri jamuan makan di Istana Negara. Dan sehari sebelum itu akan ada konferensi pers dengan Pak Dalimin agar saudara-saudara dapat mengetahui kisah sesungguhnya dari kepahlawanan Pak Dalimin," ujar Moerdiono dalam konferensi persnya di Sekretariat Negara di hadapan wartawan dalam dan luar negeri.

Persiapan protokoler pun dilakukan, bahkan keberangkatan keluarga Dalimin ke Jakarta pun di lakukan dengln persiapan khusus, pesawat khusus, dan pengawalan khusus. Maklum ini adalah peristiwa bersejarah untuk kampanye ke masyarakat tentang warganegara yang baik (good citizen). Setiba di Jakarta, keluarga petani Dalimin ditempatkan di salah satu kamar di Istana Negara.

Tibalah hari di mana, Dalimin dan Isteri akan memberikan konferensi pers yang berdasarkan jadwal dilakukan di salah satu ruang di Istana Negara. Segala persiapan untuk konferensi pers telah dilakukan, dan Moerdiono akan bertindak sebagai moderator. Ratusan wartawan tulis - dalam dan luar negeri - telah bersiap, para wartawan foto telah mengambil posisi masing-masing.

Moerdiono pun segera menuju kamar di mana keluarga Dalimin menginap untuk menjemput mereka menuju ruang konferensi pers. Alangkah kagetnya Moerdiono, ketika ia menjumpai kedua suami isteri itu sedang berpelukan menangis.

"Ada apa gerangan? Bukankah seharusnya mereka bangga atas apa yang telah mereka lakukan. Ah, mungkin itu sebagai ungkapan rasa bangga dan haru mereka," begitu tanya Moerdiono dalam hati.

"Pak Dalimin ada apa? Berhentilah menangis. Saya paham bagaimana bangganya bapak dan ibu, tapi untuk sementara hentikanlah menangis, mari kita ke ruang konferensi pers, para wartawan telah menunggu," ujar Moerdiono.

Petani Dalimin tiba-tiba menghentikan tangisnya, ia berbalik ke arah Moerdiono. "Pak Menteri lebih baik batalkan pertemuan dengan wartawan dan pulangkan kami ke Sumatera," ucapnya.

"Lho kenapa Pak Dalimin," jawab Moerdiono tak paham.

"Kalau wajah kami ada di koran-koran dan tivi, maka rakyat jadi kenal siapa kami. Kami akan dibunuh rakyat pak Menteri," kata Dalimin kali ini dengan tangis yang lebih keras seraya memeluk sang isteri tercinta.

Jenderal Makan Di Restoran


Tersebutlah tiga orang bersaudara. Seorang buruh tani, seorang konglomerat, dan seorang jenderal masih bersaudara. Sang konglomerat mengajak mereka ke restoran "steak" yang terkenal di Jakarta.

Tapi mereka datang agak terlambat. Begitu masuk, si pelayan utama restoran itu dengan sopan menemui mereka dan mengatakan, bahwa restoran tak bisa melayani lagi.

"Maaf, kami kekurangan daging impor," kata sang pelayan.

Buruh tani bertanya, "Daging impor itu apa, sih?"

Si konglomerat bertanya, "Kekurangan itu apa?"

Sedangkan si jenderal bertanya, "Maaf itu apa?"

Nasib Pegawai Kantor Pos


Di Jakarta seorang pegawai baru kantor pos dipecat karena kelewat semangat mencap prangko.

Sudah lima tangkai stempel sampai patah, logam cap sampai cacat dibuatnya, karena tiap kali melihat prangko bergambar orang pakai peci ia langsung menghajarnya dengan stempel, sekuat tenaga, berkali-kali, sembari berteriak, "Rasain lu!"

Menonton Sirkus


Seorang penjinak singa yang gagah perkasa muncul dengan seekor singa yang besar. Pengunjung menyaksikannya dengan berdebar-debar. Ia bisa memerintahkan singa itu melakukan segala sesuatu. Yang ajaib ialah bahwa ia berani memukul kepala si hewan dengan martil kecil, sebagai isyarat perintah. Dan si singa tidak marah, sudah jinak barangkali. Benar-benar patuh: berdiri, menari, atau bahkan juga mencium pantat si penjinak.

Di adegan terakhir si penjinak sirkus tambah nekad. Ia memukul kepala singa dengan martil lagi dan si singa itu membuka rahangnya lebar-lebar. Puncaknya adalah ketika si penjinak singa membuka celananya lantas kemaluannya dimasukkan ke mulut binatang itu.

Penjinak memukul kepalanya sekali lagi. Apa yang terjadi? Si raja hutan lantas membuka moncongnya kembali, tapi lihatlah, hai, penonton: zakar si penjinak itu masih tetap utuh, sehat, dan segar.

Penontonpun bertepuk sorak, gembira tidak henti-hentinya, sampai Kris Biantoro, MC pertunjukan sirkus itu, muncul ke panggung dan berkata: "Bukan main! Hebat sekali! Saya tantang, para hadirin, siapa di antara para hadirin yang berani melakukan adegan terakhir itu sekarang juga? Siapa yang berani, kami beri tiket pesawat gratis dari Jakarta ke Las Vegas pulang-pergi.

Penonton senyap beberapa menit. Tiba-tiba terdengar suara dari hadirin. Yang muncul Otong. Ia naik pentas dan berkata lantang: "Saya berani melakukannya! Tapi dengan syarat!".

Kris Biantoro kaget: "Benar nih? Apa syaratnya?"

Otong: "Syaratnya: kepala saya ndak usah dipukul martil setiap kali, dan singanya disingkirkan dulu."

Perbedaan Kentut di Tiap Negara


Berdasarkan hasil survei sebuah lembaga internasional, telah diketahui bahwa tiap negara ternyata memiliki kecenderungan yang berbeda dalam "hal" kentut. Hasilnya sebagai berikut:

Orang Amerika jika kentut akan berkata, "EXCUSE ME.."

Orang Inggris jika kentut akan berkata, "PARDON ME.."

Orang Singapura jika kentut akan berkata, "I'M SORRY.."

Orang Indonesia jika kentut akan berkata, "NOT ME, NOT ME!!"

Blog Archive

'tuk Indonesia